Jika
Aku Menjadi JEI Ambassador
(Pemuda
Pengemudi Masa)
Seribu
orang tua mungkin hanya bisa bermimpi dan berharap. Namun, sepuluh orang pemuda
bisa menjadi pelopor yang mengubah dunia. Kata-kata inilah yang senantiasa tertanam
dalam benak dan diri saya. Bukan tanpa alasan, sebagai salah satu pemuda yang
terlahir di Indonesia. Keinginan untuk selalu berpartisipasi dalam setiap
kegiatan positif untuk kemajuan bangsa ini bukan hanya sampai pada tahap
harapan dan mimpi. Tetapi sudah selayaknya membutuhkan sebuah proses
implementasi yang mendalam dalam mengerahkan setiap potensi tenaga dan
pemikiran.
Dalam
berproses mencapai hal tersebut, membangun wawasan budaya dan sejarah melalui
penjajakan mendalam tentang situasi dan kondisi museum yang ada di Kota Tua Jakarta
adalah langkah tepat dan mendasar. Selain sebagai wahana pembentukan karakter pemuda. Kegiatan ini
juga sebagai langkah awal dalam menumbuhkan perasaan cinta yang mendalam
terhadap Indonesia. Kegiatan JEI adalah langkah yang sangat signifikan dalam perubahan
ke arah positif untuk para pemuda. Kegiatan ini sangat sikron dengan pernyataan
seorang filsuf Plato, Historia Vitae
Magistra. Sejarah adalah sumber kehidupan. Melalui sejarahlah terkadang
sebuah masa depan dirancang dan dibangun. Sejarah juga ibarat sebuah pondasi
yang menentukan, seberapa kuat sebuah bangsa bisa bertahan dalam dua
kemungkinan, maju dan mundurnya di masa mendatang.
Oleh
sebab itu, meskipun seringkali sejarah dikaitkan dengan sesuatu yang
membosankan karena dianggap sebagai cerita-cerita yang jadul. Namun setidaknya,
sejarah bisa menjadi sebuah inspirasi bagi golongan pemuda yang suatu saat
mengambil bagian dalam proses sejarah tersebut. Datang ke museum dengan beragam
permainan yang fun dan tidak
membosankan. Merupakan alternatif pilihan
yang bisa dilakukan oleh anak-anak muda yang kini sudah mulai tergerus minatnya
oleh modernisasi dan mal-mal megah yang berdiri berdampingan dengan pusat
perbelanjaan. Museum bukanlah hal yang membosankan. Karena dengan mendatanginya
kita bisa bertukar pandangan mengenai pengetahuan sejarah yang kita pelajari di
bangku sekolah. Tidak hanya sebatas pada membaca dan memahaminya. Tetapi juga
ikut mengerti mengenai bagaimana proses sejarah itu berlangsung.
Mendatangi
Kota Tua misalnya, Sangat edukatif dalam membangun wawasan dan cakrawala budaya
bagi generasi muda. Tidak hanya sekedar paham dan mengerti bagaimana sebuah
peradaban, khususnya di Jakarta terbentuk. Tetapi juga secara umum memberi
pembelajaran mengenai cikal-bakal terbentuknya negara Indonesia. Di Kota Tua,
kita dapat menyaksikan bagaimana sebuah peradaban dibangun dan dibentuk. Memang
jika kita lihat, museum ini hanyalah bangunan-bangunan kosong dan saksi bisu
dari sejarah. Tetapi, dengan berkontribusi melalui kegiatan mengunjungi museum.
Kita sudah menghidupkan sebuah semangat dan jiwa bangsa Indonesia sebagai
bangsa yang besar. Karena ibarat sebuah perumpamaan jika museum adalah
deskripsi sejarah bangsa, maka pemudalah yang menjadi jiwa dan ruh dari
jalannya proses peradaban kebudayaan sebuah bangsa.
Seyogyanya,
sebagaimana yang saya ungkapkan di atas. Tidak ada keinginan yang terlalu muluk
dan jumawa mengenai alasan saya untuk ikut dalam
pemilihan JEI Ambasassador. Alasan mendasarnya hanyalah berpartisipasi dan
menularkan bagaimana rasa cinta kepada sejarah dan budaya kepada anak-anak
muda. Meskipun besar harapan dapat mengenalkan budaya Indonesia ke seluruh
dunia. Tetapi, hal tersebut akan terlihat mustahil dan sulit jika tidak
membangun perasaan cinta terhadap sejarah dan budaya mulai dari diri para
pemuda. Sebab, keelokan Indonesia hanya terlihat semu jika tanpa kecintaan
mendalam dari generasi mudanya.[]
*Eko
Indrayadi
Mahasiswa
Ilmu Politik UIN Jakarta dan Kahfi Public Speaking School
Tulisan ini dibuat sebagai salah satu syarat pemilihan JEI Ambasador oleh YouthEmpowering 2012
0 komentar:
Posting Komentar