Hidup Sebagai "Civitas Academika", Hanya Punya Dua Pilihan: Apatis Atau Idealis Untuk Indonesia

Hidup Sebagai "Civitas Academika", Hanya Punya Dua Pilihan:  Apatis Atau Idealis Untuk Indonesia

SELAMAT DATANG DI HOME PAGE BUJANG POLITIK BERKATA


BIODATAKU

  • Nama : EKO INDRAYADI
  • TTL : Baturaja,28 Maret 1991
  • Alamat : Jalan Pesanggrahan, Ciputat-Jaksel
  • No HP : 0856692432xxx

Sendiri Kita Kaji, Berdua Kita Diskusi, Bertiga Kita Aksi


“SURAT HUKUMAN MATI BUAT PEMBUNUH SAHABAT KAMI”



Assalamu’alaikum Warakhmatullahiwabarakatuh,
Yth. Terhormat Para pemuka hukum dan pemegang amanat keadilan.
Yth. Seluruh MAHASISWA INDONESIA.
Yth. RAKYAT INDONESIA.



BISMILLAHHIRROHMANIRROHIM

Dengan penuh rasa sesal dan sakit. Kami semua mahasiswa dan mahasiswi UIN Jakarta berkumpul menyatukan suara. Bergerak dalam kebersamaan untuk menuntut keadilan di muka meja hijau. Pernahkan Bapak/Ibu pikirkan apa yang pelaku perbuat terhadap sahabat kami. Sebuah pembunuhan terencana yang tidak hanya menghilangkan nyawa dengan tetesan darah penyiksaan. Tetapi juga, menghilangkan cita-cita seorang generasi muda untuk melanjutkan pendidikannya hingga ke jenjang wisuda.

Bapak/Ibu yang terhormat. Bukan sebuah penyesalan yang terlontar yang ingin kami lihat ketika para pembunuh keji itu dengan buas berpesta di atas kesucian sahabat kami. Bukan wajah polos dan sayu dengan raup kesedihan para pelaku yang ingin kami lihat. Tetapi, kami melihat bagaimana kedua orang tua sahabat kami sangat terpukul dengan kejadian. Saudara-saudaranya yang tidak mampu berkata-kata akibat luka batin yang mendalam.

Bapak/Ibu yang terhormat. Di dalam kitab KUHP telah jelas dan nyata disebutkan. Apa hukuman setimpal bagi pelaku pembunuhan berencana? Ya, tertulis jelas dalam pasal 340 KUHP bahwa hukuman berat bagi pelaku adalah : MATI. Hukuman yang setimpal bagi para pelaku yang tiada kenal rasa prikemanusian. Sudah jelas bagaimana biadabnya para pelaku melakukan pekerjaan hina dengan akhir hilangnya  nyawa sahabat kami.

Bapak/Ibu yang terhormat. KAMI MAHASISWA UIN JAKARTA. DENGAN INI MENUNTUT HUKUMAN MATI TERHADAP PARA PELAKU PEMBUNUH SAHABAT KAMI IZZUN NAHDIYAH, MAHASISWA FISIP UIN JAKARTA. AGAR DIHUKUM MATI!!! AGAR TIDAK LAGI TERULANG KASUS YANG SAMA YANG SUATU SAAT MENIMPA PUTRA/PUTRI, BAPAK DAN IBU SEKALIAN.

Wassalamualaikum Warakhmatullahiwabarakatuh.

                                                                                                                                TTD
                                                                                              SELURUH MAHASISWA UIN JAKARTA

0 komentar:

Posting Komentar

Masa & Air Mata

(Ciputat,18 November 2009)

Kulalui masa . . .

Mengepung keinginan dalam pelita

Menyesak di dalam rintihan air mata

Melambai bersama angin senja

Bergerak perlahan, bebas dan bergerak

Berubah-ubah bersama sunyi

Sembilu perih menggores hati

Mendayu-dayu menjadi satu

Relakan aku membuang waktu

Kubuang sauh,

kemudi diri yang mulai lalu

Berlari setapak demi setapak hadapi hidup

Dari masa, menjadi rasa.

Rasa air mata.

OPTIMIS

(Ciputat, 4 November 2009)

Diantara sunyi,

Meniti bait-bait nada tiada henti

Berjalan jajaki setiap misteri

Dalam sanubari

Terbenam kelam

Pagi tak kembali

Rembulan berlari,

Kukejar mentari

Semua adalah pragmatis tanpa idealis

Dramatis tanpa argumentasi

Tercoret mesra pada tembok-tembok tinggi

Kukejar, kejar dan tak kan pernah henti

Kulangkah, dan pasti terlewati

Ya. . .Ya . . .Ya

Ya

Aku tulis sebuah testimoni

Antara hati nurani, konsensus-sugesti.

Ketika parade kedilan negeri.

Mati suri oleh suatu institusi.

Lembaga-lembaga rakyat.

Berkarat dan berbau lumpur akherat.

Membusuk!, berulat.

Kemanakah lagi kami harus mencari?

Keadilan!

Kesejahteraan!

Ataukah semua telah diobral?

Dimarginalkan oleh royalti dan kepentingan.

Aku bertanya,

Apakah nasib baik sudah tiada?

Diatur dan dikendalikan dengan benang-benang merah.

Terikat erat tak mampu dilepaskan.

Atau,

Nasib baik bisa diperdagangkan?

Menjadi kepingan keberuntungan,

Menggunung tersimpan,

Menggunung dipestakan.

Namun hambar.

Ya . . . Ya

Semua telah dipintal jadi satu.

Dalam jaring laba-laba setiap lembaga.

Indah, indah dan mencengangkan.

Tapi,

Mataku, mataku buta tak mampu melihat.

Sebuah bayang-bayang kabur mengkerat dan melekat erat.

Ya . . .Ya . . .Ya

Biarkan saja,

Aku

buta,

Tuli,

bisu.

Semua kau yang atur.

Untuk maju atau mundur.

Asal semua teratur.

Bagianmu bisa kuatur.

Atur, atur, atur,

Yang penting akur

Ciputat, 9 Desember 2009