nyaangan dada nu rangsak
karasa haneutna susuganan
garing tatuna
balas di sasaak rasa
Manuk ricit di sarada
siga nu tausyiah
ngupahan nu lara tunggara
Ceuk manuk
sing sabar....sing sabar...
kuring kur bisa mesm bari ngalimba
Berbicara semua manusia pada hakikatnya pasti mampu melakukannya. Berbicara merupakan suatu hak mutlak dari Pencipta. Apa jadinya, apabila semua orang bungkam. Tiada kritik, tiada diskusi atau tukar pendapat. Betapa hampa dunia ini. Berbicara adalah praktisasi dari bahasa, yang merupakan salah satu pembeda manusia dengan mahluk lainnya.
Masa & Air Mata
(Ciputat,18 November 2009)
Kulalui masa . . .
Mengepung keinginan dalam pelita
Menyesak di dalam rintihan air mata
Melambai bersama angin senja
Bergerak perlahan, bebas dan bergerak
Berubah-ubah bersama sunyi
Sembilu perih menggores hati
Mendayu-dayu menjadi satu
Relakan aku membuang waktu
Kubuang sauh,
kemudi diri yang mulai lalu
Berlari setapak demi setapak hadapi hidup
Dari masa, menjadi rasa.
Rasa air mata.
OPTIMIS
(Ciputat, 4 November 2009)
Diantara sunyi,
Meniti bait-bait nada tiada henti
Berjalan jajaki setiap misteri
Dalam sanubari
Terbenam kelam
Pagi tak kembali
Rembulan berlari,
Kukejar mentari
Semua adalah pragmatis tanpa idealis
Dramatis tanpa argumentasi
Tercoret mesra pada tembok-tembok tinggi
Kukejar, kejar dan tak kan pernah henti
Kulangkah, dan pasti terlewati
Ya. . .Ya . . .Ya
Ya
Aku tulis sebuah testimoni
Antara hati nurani, konsensus-sugesti.
Ketika parade kedilan negeri.
Mati suri oleh suatu institusi.
Lembaga-lembaga rakyat.
Berkarat dan berbau lumpur akherat.
Membusuk!, berulat.
Kemanakah lagi kami harus mencari?
Keadilan!
Kesejahteraan!
Ataukah semua telah diobral?
Dimarginalkan oleh royalti dan kepentingan.
Aku bertanya,
Apakah nasib baik sudah tiada?
Diatur dan dikendalikan dengan benang-benang merah.
Terikat erat tak mampu dilepaskan.
Atau,
Nasib baik bisa diperdagangkan?
Menjadi kepingan keberuntungan,
Menggunung tersimpan,
Menggunung dipestakan.
Namun hambar.
Ya . . . Ya
Semua telah dipintal jadi satu.
Dalam jaring laba-laba setiap lembaga.
Indah, indah dan mencengangkan.
Tapi,
Mataku, mataku buta tak mampu melihat.
Sebuah bayang-bayang kabur mengkerat dan melekat erat.
Ya . . .Ya . . .Ya
Biarkan saja,
Aku
buta,
Tuli,
bisu.
Semua kau yang atur.
Untuk maju atau mundur.
Asal semua teratur.
Bagianmu bisa kuatur.
Atur, atur, atur,
Yang penting akur
Ciputat, 9 Desember 2009
0 komentar:
Posting Komentar