Tarian
Serunai bisu kalbu mendesah gema syahdu.
Gamelan Mahabbah, ombak pencipta.
Setinggi gunung Thursina, sedalam lautan merah.
Syair Tuhan lafaz, “Laila hailallah”.
Tiada kata tandingi makna.
Lepas lunglai desah air mata keikhlasan.
Bimmilah . . .
Teriring masa membenam setiap kisah
Rembulan sujud mengukir tawakal
Ya, Rahman . . .
Segenggam cipta menguat kuasa
Lemah-berdaya mahkluk hina
Bersedekap muram memohon anugerah
Bismillah . . .
Sedikit kata ujarkan sikap
Mentari senja memeluk keridhaan
Lafazkan tobat waktu bergumam
Merah saga memeluk keridahaan
Pasir beku guguran dosa tanpa pembilang
Mengandung sebab-beralih akibat
Doa-doa harap dan dekat
Semenit kian nurani menggugat
Bismillah . . .
Sebening kristal menguyur deras
Kerinduan mendalam membelam kebisuan
Kabut terhalang waktu
Masa jauh; kuasa membenam cinta
Sambut-menyambut
Bismillah . . .
Perih batin rindu berlari
Suri tauladan tambatan hati
Ila’hi Robbi hamba berserah menanti
Penawar kehampaan
Diri
Bismillah . . .
Sentuhan angin membelai kerelaan sunyi
Sepi menanti tiada terganti
Jauh terlewati, memayungi hati
Terik Mentari-Hujan mengalir rintih
Bismillah . . .
Kelopak rindu merona pasrah
Gejolak hari kian meledak
Pertemuan hati luluh-meledak
Terbang membubung aliran,
Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad
Wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad
. . . . .
Ciputat, 1 April 2011
“Sesuke hati tiade kate, hambe merindu tiade sanggup mendue cinte”
(Eko Indrayadi)
0 komentar:
Posting Komentar