Hidup Sebagai "Civitas Academika", Hanya Punya Dua Pilihan: Apatis Atau Idealis Untuk Indonesia

Hidup Sebagai "Civitas Academika", Hanya Punya Dua Pilihan:  Apatis Atau Idealis Untuk Indonesia

SELAMAT DATANG DI HOME PAGE BUJANG POLITIK BERKATA


BIODATAKU

  • Nama : EKO INDRAYADI
  • TTL : Baturaja,28 Maret 1991
  • Alamat : Jalan Pesanggrahan, Ciputat-Jaksel
  • No HP : 0856692432xxx

Sendiri Kita Kaji, Berdua Kita Diskusi, Bertiga Kita Aksi

Mahabbah Seorang Aktivis

Tarian Padang Pasir

Serunai bisu kalbu mendesah gema syahdu.

Gamelan Mahabbah, ombak pencipta.

Setinggi gunung Thursina, sedalam lautan merah.

Syair Tuhan lafaz, “Laila hailallah”.

Tiada kata tandingi makna.

Lepas lunglai desah air mata keikhlasan.

Bimmilah . . .

Teriring masa membenam setiap kisah

Rembulan sujud mengukir tawakal

Ya, Rahman . . .

Segenggam cipta menguat kuasa

Lemah-berdaya mahkluk hina

Bersedekap muram memohon anugerah

Bismillah . . .

Sedikit kata ujarkan sikap

Mentari senja memeluk keridhaan

Lafazkan tobat waktu bergumam

Merah saga memeluk keridahaan

Pasir beku guguran dosa tanpa pembilang

Mengandung sebab-beralih akibat

Doa-doa harap dan dekat

Semenit kian nurani menggugat

Bismillah . . .

Sebening kristal menguyur deras

Kerinduan mendalam membelam kebisuan

Kabut terhalang waktu

Masa jauh; kuasa membenam cinta

Sambut-menyambut

Samar rasa hati terkena sembilu

Bismillah . . .

Perih batin rindu berlari

Suri tauladan tambatan hati

Ila’hi Robbi hamba berserah menanti

Penawar kehampaan

Diri

Bismillah . . .

Sentuhan angin membelai kerelaan sunyi

Sepi menanti tiada terganti

Jauh terlewati, memayungi hati

Terik Mentari-Hujan mengalir rintih

Bismillah . . .

Kelopak rindu merona pasrah

Gejolak hari kian meledak

Pertemuan hati luluh-meledak

Terbang membubung aliran,

Allahumma sholli ‘ala sayyidina Muhammad

Wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad

. . . . .

Ciputat, 1 April 2011

“Sesuke hati tiade kate, hambe merindu tiade sanggup mendue cinte”

(Eko Indrayadi)

0 komentar:

Posting Komentar

Masa & Air Mata

(Ciputat,18 November 2009)

Kulalui masa . . .

Mengepung keinginan dalam pelita

Menyesak di dalam rintihan air mata

Melambai bersama angin senja

Bergerak perlahan, bebas dan bergerak

Berubah-ubah bersama sunyi

Sembilu perih menggores hati

Mendayu-dayu menjadi satu

Relakan aku membuang waktu

Kubuang sauh,

kemudi diri yang mulai lalu

Berlari setapak demi setapak hadapi hidup

Dari masa, menjadi rasa.

Rasa air mata.

OPTIMIS

(Ciputat, 4 November 2009)

Diantara sunyi,

Meniti bait-bait nada tiada henti

Berjalan jajaki setiap misteri

Dalam sanubari

Terbenam kelam

Pagi tak kembali

Rembulan berlari,

Kukejar mentari

Semua adalah pragmatis tanpa idealis

Dramatis tanpa argumentasi

Tercoret mesra pada tembok-tembok tinggi

Kukejar, kejar dan tak kan pernah henti

Kulangkah, dan pasti terlewati

Ya. . .Ya . . .Ya

Ya

Aku tulis sebuah testimoni

Antara hati nurani, konsensus-sugesti.

Ketika parade kedilan negeri.

Mati suri oleh suatu institusi.

Lembaga-lembaga rakyat.

Berkarat dan berbau lumpur akherat.

Membusuk!, berulat.

Kemanakah lagi kami harus mencari?

Keadilan!

Kesejahteraan!

Ataukah semua telah diobral?

Dimarginalkan oleh royalti dan kepentingan.

Aku bertanya,

Apakah nasib baik sudah tiada?

Diatur dan dikendalikan dengan benang-benang merah.

Terikat erat tak mampu dilepaskan.

Atau,

Nasib baik bisa diperdagangkan?

Menjadi kepingan keberuntungan,

Menggunung tersimpan,

Menggunung dipestakan.

Namun hambar.

Ya . . . Ya

Semua telah dipintal jadi satu.

Dalam jaring laba-laba setiap lembaga.

Indah, indah dan mencengangkan.

Tapi,

Mataku, mataku buta tak mampu melihat.

Sebuah bayang-bayang kabur mengkerat dan melekat erat.

Ya . . .Ya . . .Ya

Biarkan saja,

Aku

buta,

Tuli,

bisu.

Semua kau yang atur.

Untuk maju atau mundur.

Asal semua teratur.

Bagianmu bisa kuatur.

Atur, atur, atur,

Yang penting akur

Ciputat, 9 Desember 2009